FASE MAKKAH DAN FASE
MADINNAH
Makalah
Disusun Untuk Memenuhi
Tugas Terstruktur Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam (SPI)
Pada Jurusan Pendidikan
Agama Islam Semester 2
Tahun Akademik
2011-2012
Disusun
Oleh :
1. Karim Pamela
NIM. 14111110141
2. Mumun
Munawaroh
NIM. 14111110146
3. Siti
Fatimah Tuzahro
NIM. 14111110152
4. Siti
Munawaroh
NIM. 14111110089
Dosen Pengampu :
Akhmad Afandi, M. Ag.
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH NURJATI CIREBON
TAHUN 2012
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah banyak memberikan beribu-ribu nikmat kepada kita umatnya. Rahmat
beserta salam semoga tetap tercurahkan kepada jungjunan kita, pemimpin akhir
jaman yang sangat dipanuti oleh pengikutnya yakni Nabi Muhammad SAW.
Makalah yang berjudul “FASE MAKKAH DAN FASE MADINAH” ini
sengaja dibahas karena sangat penting untuk kita yang tinggal di jaman yang
sangat maju ini untuk bisa membandingkan terhadap perjuangan Nabi Muhammad SAW
dalam mensyiarkan agama islam. Baik pensyiarannya itu di Makkah maupun di
Madinnah.
Selanjutnya, penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah memberikan pengarahan-pengarahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tidak lupa juga kepada Bapak
Akhmad Afandi, M. Ag. Selaku Dosen Sejarah Peradaban Islam untuk memberikan
kritikan dan sarannya kepada kelompokn kami agar dalam penyusunan makalah ini
lebih baik.
Demikian, semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi penyusun
umumnya kepada semua pihak yang membaca makalah ini.
Cirebon, Maret 2012
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar...............................................................................................
i
Daftar Isi.........................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang............................................................................
1
B. Rumusan
Masalah.......................................................................
1
C. Tujuan
Pembahasan...................................................................
2
BAB II PEMBAHASAN
A. Peradaban Masyarakat Arab Pra Islam...................................
B. Fase
Makkah................................................................................
1.
Sistem
Dakwah Rosululloh....................................................
2.
Pendidikan
Islam di Makkah.................................................
C. Fase
Madinnah............................................................................
1.
Pembentukan
Sistem Sosial, Politik dan Ekonomi........................
2.
Sistem
Militer....................................................................................
3.
Sumber
Keuangan Negara....................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..................................................................................
B. Rekomendasi................................................................................
Lampiran
Daftar Pustaka.................................................................................
Biodata Penulis.................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sejak awal
perkembangan islam tumbuh dalam pergumulan dengan pemikiran dan peradaban umat
manusia yang dilewatinya, karena terlibat dalam proses drasetika yang didalamnya
terjadi pengambilan dan pemberian cikal bakal pertumbuhan dan pembentukan
peradaban islam dibangun dengan menjadikan agama islam sebagai dasar
pembentukannya.
Persoalan
yang tak kalah seriusnya yaitu moral masyarakat jahiliyah yang pada saat itu
masih buta akan sebuah kebenaran. Melihat realitas peradaban Islam sebelumnya
sudah mengenal kehidupan politik, sosial, ekonomi, bahasa, dan seni tapi semua
itu masih sangat sederhana dan sangat ironis. Akan tetapi setelah Islam datang
yang merupakan Rohmatal lil ‘Alamin (Rohmat bagi seluruh alam). Dan
kehidupan umat pun makin terarah.
B.
Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang yang telah dipaparkan di atas,
maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1.
Bagaimana peradaban masyarakat Arab
pra islam?
2.
Bagaimana
sistem dakwah Rosululloh?
3.
Bagaimana
pendidikan islam di Makkah?
4.
Bagaimana
pembentukan sistem sosial, politik dan ekonomi yang dilakukan Rosululloh?
5.
Bagaimana
Sistem Militer yang dilakukan Rosululloh?
6.
Bagaimana
tentang sumber keuangan Negara?
C.
Tujuan Pembahasan
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan
penulisan yang ingin dicapai pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1.
Mahasiswa
dan mahasiswi mampu memahami tentang peradaban masyarakat arab sebelum islam
datang.
2.
Mahasiswa
dan mahasiswi mampu mengetahui tentang tata cara atau sistem dakwah
Rosuilulloh.
3.
Mahasiswa
dan mahasiswi mampu mengetahui pendidikan islam di makkah.
4.
Mahasiswa
dan mahasiswi mampu mengetahui tentang pembentukan sistem sosial, politik dan
ekonomi yang dilakukan Rosululloh.
5.
Mahasiswa
dan mahasiswi mengetahui tentang sistem militer yang dilakukan Rosululloh.
6.
Mahasiswa
dan mahasiswi mengetahui tentang
sumber keuangan Negara.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Peradaban
Masyarakat Makkah Pra Islam
Sebelum datangnya Islam,
Mekkah adalah seperti wilayah Arabia lainnya yaitu kota dengan penduduk dengan
masyarakat pastoral (pengembala). Beberapa faktor membawa beberapa perubahan
sosial, seperti jumlah berhala yang ada di Mekkah dan persiapan menuju agama
monotheisme.[1]
Bangsa Arab berpindah-pindah,
nomad, karena tanahnya terdiri atas gurun pasir yang kering dan sangat sedikit
turun hujan. Perpindahan mereka dari satu tempat ke tempat lain mengikuti
tumbuhnya stepa atau padang rumput yang tumbuh secara sporadis di tanah Arab di
sekitar oasis atau genangan air setelah turn hujan.[2]
Mekkah adalah kota yang
memikat bagi para pedagang dari banyak penjuru Arabia maupun luar Arabia.
Masyarakat Mekkah diakui sebagai pedagang eceran yang handal dibandingkan
dengan masyarakat lain kala itu. Perdagangan menjadi sangat esensial dan diberi
apresiasi lebih oleh masyarakatnya. Tampaknya apresiasi orang Arab ini tidak
bisa disingkirkan oleh agama Islam. Ada banyak kata-kata dalam Alquran al-Karim
yang diambil dari imajinasi perdagangan, seperti ajr, tsawab dan lain
sebagainya. Begitu juga dengan aturan-aturan yang diberikan oleh Islam,
perdagangan merupakan salah satu hal yang bayak diatur di dalam Al-Quran.[3]
B.
Fase Makkah
1.
Sistem
Dakwah Rosululloh
Rasulullah saw. lahir dan berkembang di Mekkah yang masyarakatnya sedang
mengalami masa transisi yang hebat dalam berbagai bidang, seperti sosial, agama
dan politik. Ajaran Islam yang dibawa oleh Muhammad pada umumnya merupakan
keinginan untuk memperbaiki dan menyelamatkan masyarakat Mekkah dalam menjalani
masa transisi ini.[4]
Dalam faktanya, Muhammad saw. tidak bisa menjalankan dakwahnya secara
efektif yang membuahkan hasil yang memuaskan. Beberapa kondisi ikut melatari
ketidak efektifan dakwah Muhammad di Mekkah. Penganut yang berhasil dipengaruhi
oleh Muhammadpun tidak seberapa jumlahnya karena memang beliau tidak bisa
melaksanakan dakwahnya secara terang-terangan. Ahirnya
Nabi pun dakwah secara sembunyi-sembunyi, hal ini telah di ketahui oleh
quraisy, akan tetapi dalam fase seruan dengan cara sembunyi ini quraisy tidak
memperdulikannya, karena mereka sungguh tiada mengira bahwa seruan itu akan
hidup dan kuat, dan akan di anut oleh orang yang banyak.[5]
Ada beberapa fase yang dijalani oleh nabi Muhammad dalam memulai dan
mengembangkan ajaran yang beliau bawa.
a.
Fase dakwah sembunyi-sembunyi
Pada fase ini Rasul hanya mengajak kerabat-kerabatnya untuk ikut memelukm
agama Islam yang beliau bawa. Mereka diseru untuk meyakini ajaran-ajaran pokok
yang terkandung dalam wahyu yang ia terima.[6]
Pada fase ini, beliau berhasil mengajak beberapa orang untuk memeluk agama Islam, seperti Istrinya, Ali bin Abi Thalib, Zaid, Abu Bakar.
Tidak lama setelah mereka menganut agama Islam, barulah kemudian beberapa orang
dengan jumlah yang lebih banyak mau menerima ajakan Muhammad untuk memeluk
agama Islam.[7]
b.
Fase Dakwah Terang-Terangan
Ada dua fase yang dijalani oleh Rasulullah pada saat itu, yang pertama
adalah menjalankan dakwah dengan mengajak kerabatnya dengan terang-terangan.
Setelah menerima perintah untuk berdakwah secara terang-terangan kepada
kerabatnya, maka Rasulpun lalu menyeru mereka di bukit Shafa.[8]
Fase selanjutnya adalah
menyeru tidak hanya kerabatnya akan tetapi semua orang. Fase ini dimulai dengan
turunnya ayat Al-Quran surah Al-Hijr : 94. Setelah turunnya ayat ini, mulailah
Rasulullah saw. menyerukan agama islam kepada semua orang, hingga penduduk luar
Mekkah yang datang untuk mengunjungi Ka’bah.[9]
Kemudian
sesudah Rasulallah mulai menyeru dengan terang-terangan, maka kaum quraisy
menyatakan tantangannya terhadap agama baru itu. Dan mereka coba hendak
memebunuh agama ini dengan cara apapun.[10]
2.
Pendidikan
Islam Di Makkah
a.
Pendidikan
tauhid dalam teori dan praktek
Intisari
pendidikan islam pada periode Makkah adalah ajaran tauhid. Pendidikan tauhid
merupakan perhatian utama Rasulallah ketika di Makkah. Pada saat itu masyarakat
jahiliyah sudah banyak yang menyimpang pada ajaran tauhid yang telah di bawa
oleh nabi ibrahim. Karena tauhid merupakan pondasi yang paling dasar, maka
harus di tata dulu dengan kuta.[11]
Pokok-pokok
ajaran ini sebagaimana tercermin dalam surat Al-Fatihah, yang pokok-pokoknya
sebagai berikut :[12]
1)
Bahwa Allah adalah pencipta alam
semesta yang sebenarnya. Itulah sebabnya, maka beliaulah yang berhak
mendapatkan segala pujian.
2)
Bahwa Allah telah memberikan nikmat,
memberikan segala keperluan kepada makhluknya dan khusus bagi manusia di tambah
dengan petunjuk dan bimbingan agar mendapat kebahagiaan di dunia dan di
akherat.
3)
Ahwa Allah adalah raja di kemudian
hari yang akan memperhitungkan amal perbuatan manusia di bumi ini.
4)
Bahwa Allah adalah sesembahan yang
sebenarnya dan yang satu-satunya. hanya kepada Allah segala bentuk pengabdian
di tunjukan.
5)
Bahwa Allah adalah penolong yang
sebenarnya, dan oleh karena itu hanya kepadanyalah manusia meminta pertolongan.
6)
Bahwa Allah lah yang sebenarnya
membimbing dan memberi petunjuk kepada manusia dalam mengarungi kehidupan
manusia yang penuh rintangan,tantangan dan godaan.
b. Pengajaran Al-Qur’an
Al-Qur’an merupakan intisari dan ajaran pokok dari
ajaran islam yang di sampaikan Nabi Muhammad Saw kepada umat. Tugas Muhammad di
samping mengajarkan Tauhid juga mengajarkan Al-Qur’an kepada umatnya agar
secara utuh dan sempurna menjadi milik umatnya yang selanjutnya akan menjadi
warisan secara turun menurun dan menjadi pegangan serta pedoman hidup bagi kaum
muslimin sepanjang zaman.[13]
Rasulallah bersabda “aku tinggalkan dua perkara,apabila kamu berpegang teguh kepadanya, maka
kamu tidak akan tersesat, yaitu Al-Qur’an dan sunnah”. Semua yang di
sampaikan oleh Rasulallah kepada umatnya adalah berdasarkan Al-Qur’an. Bahkan
di katakan dalam sebuah hadits, bahwa akhlak Rosul adalah Al-Qur’an. Apa yang
di contohkan Rasul adalah cermin isi Al-Qur’an. Sehingga kalau umat islam mau
berpegang teguh kepada Al-Qur’an dan Khadits Nabi, maka di jamin mereka tidak
akan tersesat.[14]
C.
Fase Madinnah
Setelah peristiwa isra’ dan mi’raj, ada suatu
perkembangan besar bagi kemajuan dakwah islam. Perkembangan mana datang dari
jumlah penduduk yatsrib yang berhaji ke mekkah. Tatkala gejala-gejala
kemenangan di yatsrib (madinnah) Nabi menyuruh para sahabatnya untuk pindah
kesana dalam waktu dua bulan hampir semua kaum muslimin kurang lebih 150 orang,
telah meninggalkan kota mekah untuk mencari perlindungan kepada kaum muslimin
yang baru masuk ke yatsrib.
Dalam perjalanannya mengemban wahyu allah, Nabi
memerlukan suatu strategi yang berbeda dimana pada waktu di mekah Nabi lebih
menonjolkan dari segi tauhid dan perbaikan akhlak, tetapi ketika di madinnah
Nabi lebih banyak berkecimpung dalam pembinaan atau pendidikan sosial
masyarakat karena disana beliau di angkat sebagai Nabi sekaligus sebagai kepala
negara.
Persoalan yang di hadapi oleh Nabi ketika di madinnah
jauh lebih kompleks di banding ketika di mekah. Di sini umat islam sudah
berkembang pesat dan harus hidup berdampingan dengan sesama pemeluk agama yang
lain, seperti yahudi dan nasrani. Oleh karena itu pendidikan yang di berikan
oleh Nabi juga mencangkup urusan-urusan muamalah atau tentang kehidupan
masyarakat dan politik.
Setelah nabi berhijrah ke madinnah, dan manusia telah
berbondong-bondong masuk ke agama islam, mulailah Nabi membentuk suatu
masyarakat baru, dan meletakan dasar-dasar untuk suatu masyarakat yang besar
yang sedang di tunggu-tunggu oleh sejarah.
1.
Pembentukan
Sistem Sosial, Politik dan Ekonomi
Islam adalah agama dan sudah sepantasnya jika dalam
negara di letakan dasar-dasar islam maka turunlah ayat-ayat Al-Qur’an pada
periode ini untuk membangun legalitas dari sisi-sisi tersebut sebagaimana di
jelaskan oleh Rasulallah dengan perkataan dan tindakannya hiduplah kota
madinnah dalam sebuah kehidupan yang mulia dan penuh dengan nilai-nilai utama.
Terjadi sebuah persaudaraan yang jujur dan kokoh, ada solideritas yang erat di
antara anggota masyarakatnya. Dengan demikian berarti bahwa inilah masyarakat
islam pertama yang di bangun Rasulallah dengan asas-asasnya yang abadi.[15]
Rasulallah membangun tempat-tempat ibadah yang selain
di dalamnya bertujuan untuk ibadah tetapi juga untuk mempersatukan kaum
muslimin dengan musyawarah dalam merundingkan masalah-masalah yang di hadapi.
Selain itu menjadi pusat pemerintahan yang mempersaudarakan kaum muhajirin dan
anshar. Persaudaraan di harapkan dapat mengikat kaum muslimin dalam
persaudaraan dan kekeluargaan. Rasulallah juga membentuk persaudaraan yang baru
yaitu persaudaraan seagama, di samping persaudaraan yang sudah ada sebelumnya,
yaitu bentuk persaudaraan berdasarkan darah. Dan membentuk persahabatan dengan
pihak-pihak lain yang tidak beragama islam serta membentuk pasukan tentara
untuk mengantisipasi gangguan-gangguan yang di lakukan oleh musuh.[16]
Mengomentari tentang perubahan nama yatsrib menjadi
madinnah, dalam pandangan nurkholis madjid, bahwa agenda-agenda politik
kerasulan telah di letakan dan beliau bertindak sebagai utusan Allah, kepala
negara, komandan tentara dan pemimpin kemasyarakatan. Semua yang di lakukan
oleh Nabi Muhammad Saw di kota hijrah itu merupakan refleksi dari ide yang
terkandung dalam perkataan Arab madinnnah
dalam arti itu sama dengan hadharah dan tsaqarah, yang masing-masing sering di terjemahkan, berturut-turut peradaban dan kebudayaan, tetapi secara
etimologis mempunyai arti pola kehidupan
menetap sebagai lawan badawah
yang berarti ”pola kehidupan mengembara”, nomad.
Oleh karena itu perkataan madinnah dalam peristilahan moderen menunjuk pada
semangat dan pengertian civil society,
suatu istilah inggris yang berarti “masyarakat sopan, beradab, dan teratur”
dalam bentuk negara yang baik. Dalam arti inilah harus di pahami kata-kata
hikmah dalam bahasa Arab, (Al insanu
madniy-un bi ath thab’i)”manusia menurut naturnya adalah bermasyarakat
budaya” .[17]
2.
Sistem
Militer
Muhammad tidak mempunyai sengketa dengan siapapun,
baik orang quraisy, yahudi atau suku lain di negeri Arab. Beliau adalah seorang
yang penuh kebajikan yang mengajak mereka untuk kembali kejalan Allah, jalan ketakwaan,
kebajikan dan keadilan.[18]
Suku quraisy menentangnya dan menimbulkan kesulitan
yang hebat atas dirinya dan diri para pengikutnya. Sampai mereka terpaksa
meninggalkan kota kediamannya dab mencari perlindungan di Madinnah. Tetapi
mereka tidak membiarkannya untuk hidup damai di sana dan menyerang mereka dengan
bantuan suku arab lainnya dalam rangka memusnahkan mereka dan
kepercayaannya.dalam keadaan demikian kalau tidak ada alternatif lain kecuali
mati atau perlawanan teratur untuk mempertahankan kepercayaannya. Maka Muhammad
memilih yang terakhir. Tujuannya bukanlah untuk membunuh, tetapi untuk mengajak
menusian ke jalan kehidupan yang benar. Dan dasar dari kebijaksanaan perangnya
adalah untuk melemahkan musuh sehingga mereka dapat mengakhiri perlawanan, penolakannya,
permusuhannya terhadap tugas nabi dan bekerja sama dan hidup dalam damai.[19]
3.
Sumber
Keuangan Negara
Dalam Al-Qur’an dan hukum islam di kemukakan bahwa
sumber keuangan umat islam yang utama adalah zakat dan shadaqoh, yang di ambil
dari kaum muslimin sendiri dan di daya gunakan untuk berbagai hal, khususnya
untuk kaum miskin dan perjuangan di jalan Allah.[20]
Namun dengan semakin luasnya kawasan dunia islam,
sumber keuangan khalifah menjadi berbeda. Para khalifah tidak lagi mendasarkan
diri pada zakat dan shadaqoh, yang pernah menjadi pemicu kemurtadan sekelompok
orang dan hampir memecah belah kesatuan umat islam yang baru tumbuh. Sumber khalifah
kini di gali dengan di dasarkan pada sistem keuangan byzantium dan
lain-lainnya. Sehingga, di tangan kaum muslimin waktu itu, sistem keungan dan
sumber pendapatan negara mengalami perkembangan besar.[21]
Pendapatan khilafah islam, pertama-tama di dasarkan
pada sistem perpajakan yang berasal dari yunani dan di kenal oleh kaum muslimin
dengan sebutan Al-kharraj. Pajak ini di kenakan terhadap bumi dan lahan
pertanian kawasan-kawasan baru milik orang-orang byzantium dan persia. Bumi dan
barang-barang tersebut tetap menjadi hak milik mereka sesuai debgan ketentuan
akidah islam yang menghormati hak milik pribadi.[22]
Ketika dinasti abasyiah muncul, sistem tersebut
mengalami perubahan. Bumi pada masa ini berubah menjadi milik negara, bukan
milik umat islam lagi. Negara pun menjadi berhak sepenuhnya atas bumi.akan
tetapi sistem ini tidak membuat para petani menjadi budak dan tidak membatasi
kegiatan mereka seperti halnya yang terjadi di eropa.[23]
Dalam kaitannya dengan urusan keuangan silam, perlu di
kemukakan pula sistem keuangan islam. Pada mulanya mata uang yang di pakai
bukan berasal dari kawasan dunia islam, sebab ketika kaum muslimin baru
melebarkan sayapnya, mereka belum lagi mengenal industri mata uang islam.
Karenanya pada mulanya mereka tetap memakai mata uang yang di pakai sebelumnya
di kawasan-kawasan baru yang mereka kuasai.[24]
Mata uang yang benar-benar bercorak islami barulah
dibuat pada masa khalifah Abdul Malik Bin Marwan. Pembuatan mata uang masa itu
di dasarkan pemikiran bahwa mata uang selain memiliki nilai ekonomis juga
sebagai pernyataan kedaulatan dinasti islam.[25]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari pembahasan yang telah dipaparkan diatas, maka kami
penyusun menyimpulkan dalam bentuk beberapa poin. Diantaranya yaitu:
1.
Mekkah
adalah seperti wilayah Arabia lainnya yaitu kota dengan penduduk dengan
masyarakat pastoral (pengembala). Selain itu banyak pedagang-pedagang
diantaranya pedagang eceran.
2.
Sistem
dakwah yang dilakukan Rosululloh saw yaitu dengan cara sembunyi-sembunyi dan
terang-terangan.
3.
Pendidikan
islam di makkah yang dipelajarinya yaitu tentang tauhid dalam teori dan praktek
juga memperdalam tentang pengajaran Al-Qur’an.
4. Rasulallah
membangun tempat-tempat ibadah yang selain di dalamnya bertujuan untuk ibadah
tetapi juga untuk mempersatukan kaum muslimin. Terjadi sebuah persaudaraan yang
jujur dan kokoh, ada solideritas yang erat di antara anggota masyarakatnya.
5. Sistem
militer yang dilakukan Rosululloh dengan cara perang
dengan tujuan untuk melemahkan musuh sehingga mereka dapat mengakhiri perlawanan,
penolakannya, permusuhannya terhadap tugas nabi dan bekerja sama dan hidup
dalam damai.
6. Sumber
keuangan umat islam yang utama adalah zakat dan shadaqoh, yang di ambil dari
kaum muslimin sendiri dan di daya gunakan untuk berbagai hal, khususnya untuk kaum
miskin dan perjuangan di jalan Allah
B.
Rekomendasi
Dari pembahasan yang telah dipaparkan diatas tentu saja masih
jauh dari yang namanya kesempurnaan, baik dalam isi pembahasan, cara penyusunan
dan pengetikan ataupun juga nama gelar yang ditulis di makalah ini.
Khususnya pada isi makalah ini. Kami selaku penyusun
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk kesempurnaan makalah ini.
Terima kasih kami ucapkan kepada Bapak Akhmad Afandi, M.Ag. selaku dosen
Sejarah Peradaban Islam yang selalu memberikan masukannya kepada kami.
Lampiran 1
DAFTAR PUSTAKA
Supriyadi, Dedi. 2008. Sejarah
Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Setia.
Syalabi,
A. 1990. Sejarah dan Kebudayaan Islam.
Bandung: Pustaka Al Husna.
Rahman, Afzalur. 1991. Nabi
Muhammad sebagai Pemimpin Militer. Jakarta: Bumi Aksara.
Quthb, Muhammad.
1998. Perlukah Menulis Ulang Sejarah
Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Majid, Abdul Mun’im. 2002. Sejarah Kebudayaan Islam. Bandung:
Pustaka Setia.
Lampiran 2
BIODATA PENULIS
Nama : Karim Pamela
TTL : Ciamis, 14 Juni 1992
Asal Sekolah : SMA Negeri 1 Rancah (Kab. Ciamis)
Alamat Rumah : Dsn. Ciilat Ds/Kec. Sukadana Kab. Ciamis
No. Hp : 083877094747
Nama : Mumun Munawaroh
TTL : Kuningan, 04 Januari 1992
Asal Sekolah : MAN Babakan Ciwaringin Cirebon
Alamat Rumah : Karang Muncang Kec. Ciganda Mekar Kab.
Kuningan
No. Hp : 085797292419
Nama : Siti Fatimah Tuzahro
TTL : Indramayu, 11 Desember 1991
Asal Sekolah : MAN Babakan Ciwaringin Cirebon
Alamat Rumah : Ds. Wanguk Kec. Anjatan Kab. Indramayu
No. Hp : 085257073905
Nama : Siti Munawaroh
TTL : Cirebon, 23 Agustus 1992
Asal Sekolah : MA Negeri Buntet Pesantren Cirebon
Alamat Rumah : Ds. Leuwidingding Pesantren
No. Hp : 085724371184
[1] Dedi Supriyadi. Sejarah Peradaban Islam. hlm. 47
[2] Ibid.
[3] Ibid. hlm. 48
[5] Ibid.
[7] Ibid.
[8] Ibid. hlm. 87.
[9] Ibid.
[10] A. Syalabi. Sejarah dan Kebudayaan Islam. hlm. 21.
[11] Abdul Mun’im Majid. Sejarah Kebudayaan Islam. hlm. 33
[12] QS. Al-Fatihah. hlm. 1
[13] Syalabi. Sejarah dan Kebudayaan Islam. hlm. 13.
[14] Ibid.
[16] Ibid.
[17] Ibid. hlm. 65.
[18] Afzalur Rahman. Nabi Muhammad Sebagai Seorang Pemimipin Militer. hlm. 37.
[19] Ibid.
[20] Muhammad Quthb. Perlukah Menulis Ulang Sejarah Islam. hlm. 86.
[21] Ibid.
[22] Ibid.
[23] Ibid. hlm. 87.
[24] Ibid.
[25] Ibid. hlm. 88.